Friday, November 6, 2009

Ilmu untuk Anak

Oleh: DRS. AHMAD ZAILANI

ALQURAN banyak mengulas sejarah tentang seorang ayah yang mendidik anaknya untuk mengenal kebaikan. Salah satunya Lukman, yang dimuliakan Allah SWT dengan pencantuman perkataannya dalam Alquran, ketika mendidik keturunannya. Yaitu Q.S. Luqman ayat 12-19.

Pada surat tersebut, Lukman mulai mengajari anaknya dengan penanaman kalimat tauhid, yang hakikatnya memurnikan ibadah hanya untuk Allah. Dilanjutkan dengan kewajiban berbakti dan taat kepada orangtua selama tidak menyalahi syariat.

Wasiat berikutnya berkaitan dengan penyemaian keyakinan tentang hari pembalasan dan penjelasan kewajiban menegakkan salat. Setelah itu amar makruf dan nahi mungkar yang berperan sebagai faktor penting untuk memperbaiki umat. Tak lupa beliau singgung, sikap sabar dalam pelaksanaannya.

Selain itu, beliau pun menaruh perhatian pada adab-adab keseharian yang tinggi. Di antaranya larangan memalingkan wajah ketika berkomunikasi dengan orang lain. Sebab ini berindikasi buruk, yaitu cerminan sikap takabur. Beliau juga melarang anaknya berjalan dengan congkak dan sewenang-wenang di muka bumi karena Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.

Beliau mengarahkan anaknya untuk berjalan dengan sedang, tidak terlalu lambat ataupun cepat. Sedangkan nasihat terakhir berkaitan erat dengan perintah untuk merendahkan suara, tidak berlebih-lebihan dalam berbicara.

Itulah wasiat Lukman terhadap anaknya, yang sarat dengan mutiara agung dan berfaedah bagi buah hatinya untuk meniti jalan kehidupan yang penuh duri. Hal itu agar mereka bisa sampai ke akhirat dengan selamat.

Kisah tadi bisa dijadikan teladan bagi para pemimpin keluarga. Memenuhi kebutuhan sandang dan pangan memang penting. Namun kebutuhan ilmu dan pengetahuan lebih urgen (mendesak).

Oleh karenanya, setiap orangtua wajib memenuhi kebutuhan rohani sang anak, jangan sampai gersang dari pancaran ilmu dien. Perkara ini jauh lebih penting dari sekadar pemenuhan kebutuhan jasmani, karena berhubungan erat dengan keselamatannya di dunia dan akhirat. Hal itu dapat terealisasi dengan pendidikan yang berkesinambungan di dalam maupun di luar rumah. Masalahnya, model pendidikan yang ada hanya menelurkan generasi-generasi yang materialistis, gila dunia. Karenanya setiap keluarga harus menengok dan menggali metode-metode pendidikan yang dipakai, menjadikan anak saleh ternyata terbukti membuahkan insan-insan yang cemerlang bagi umat ini.

Anak terlahir dalam keadaan fitrah. Kewajiban orangtua merawatnya agar tidak menyimpang dari jalan yang lurus dan selamat dari api neraka. Selain itu, anak yang saleh akan menjadi modal investasi bagi kedua orangtuanya.

Firman Allah pada Surat At-Tahrim ayat 6, "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya dari manusia dan batu, penjaganya malaikat yang kasar, keras, lagi tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan".

Sayidina Ali r.a. dalam menafsirkan ayat ini, "Didik dan ajarilah mereka".

Adh-Dhahak dan Muqatil berujar, "Wajib atas seorang muslim untuk mendidik keluarganya seperti kerabat, budak perempuan, dan budak laki-lakinya tentang perintah dan larangan Allah". (Penulis, penghulu muda di KUA Batununggal Kota Bandung)**


0 comments: