Saturday, September 5, 2009

Janganlah Mengabaikan Shalat dengan Sengaja

Pada suatu senja yang lenggang, terlihat seorang wanita berjalan
terhuyung-huyung. Pakaiannya yang serba hitam menandakan bahwa ia
berada dalam duka cita yang mencekam. Kerudungnya menangkup rapat hampir
seluruh wajahnya. Tanpa rias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya.
Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidak
dapat menghapus kesan kepedihan yang tengah meruyak hidupnya. Ia melangkah
terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa a.s.

Diketuknya pintu pelan-pelan sambil mengucapkan salam. Maka terdengarlah
ucapan dari dalam "Silakan masuk". Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk
sambil kepalanya terus merunduk. Air matanya berderai tatkala ia berkata,
"Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya, Doakan saya agar Tuhan berkenan
mengampuni dosa keji saya."
"Apakah dosamu wahai wanita ayu?" tanya Nabi Musa as terkejut.
"Saya takut mengatakannya." jawab wanita cantik.
"Katakanlah jangan ragu-ragu!" desak Nabi Musa. Maka perempuan itupun
terpatah bercerita, "Saya ......telah berzina."
Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak.

Perempuan itu meneruskan, "Dari perzinaan itu saya pun......lantas
hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya....... cekik lehernya
sampai......tewas", ucap wanita itu seraya menagis sejadi-jadinya.
Nabi musa berapi-api matanya. Dengan muka berang ia menghardik,"
Perempuan bejad, enyah kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak jatuh ke
dalam rumahku karena perbuatanmu. Pergi!"...teriak Nabi Musa sambil
memalingkan mata karena jijik.

Perempuan berewajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur
luluh segera bangkit dan melangkah surut. Dia terantuk-antuk ke luar dari
dalam rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tak tahu harus
kemana lagi hendak mengadu. Bahkan ia tak tahu mau di bawa kemana lagi
kaki-kakinya. Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana pula
manusia lain bakal menerimanya? Terbayang olehnya betapa besar dosanya,
betapa jahat perbuatannya. Ia tidak tahu bahwa sepeninggalnya, Malaikat
Jibril turun mendatangi Nabi Musa.
Sang Ruhul Amin Jibril lalu bertanya, "Mengapa engkau menolak seorang
wanita yang hendak bertobat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang
lebih besar daripadanya?" Nabi Musa terperanjat.
"Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh
itu?" Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril.

"Betulkah ada dosa yang lebih besar dari pada perempuan yang nista
itu?" "Ada!" jawab Jibril dengan tegas.
"Dosa apakah itu?" tanya Musa kian penasaran.
"Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal.
Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina".

Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk
menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan khusuk untuk
memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut.

Nabi Musa menyadari, orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja
dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sembahyang
itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya. Berarti ia seakan-akan
menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak
punya hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya.
Sedang orang yang bertobat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh
berarti masih mempunyai iman didadanya dan yakin bahwa Allah itu berada
di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mau menerima
kedatangannya.

(Dikutip dari buku 30 kisah teladan - KH > Abdurrahman Arroisy)

Dalam hadist Nabi SAW disebutkan : Orang yang meninggalkan sholat lebih
besar dosanya dibanding dengan orang yang membakar 70 buah Al-Qur'an,
membunuh 70 nabi dan bersetubuh dengan ibunya di dalam Ka'bah.

Dalam hadist yang lain disebutkan bahwa orang yang meninggalkan sholat
sehingga terlewat waktu, kemudian ia mengqadanya, maka ia akan disiksa
dalam neraka selama satu huqub. Satu huqub adalah delapan puluh tahun.
Satu tahun terdiri dari 360 hari, sedangkan satu hari di akherat
perbandingannya adalah seribu tahun di dunia.

Demikianlah kisah Nabi Musa dan wanita pezina dan dua hadist Nabi,
mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kita dan timbul niat untuk
melaksanakan kewajiban sholat dengan istiqomah. Tolong sebarkan kepada
saudara-saudara kita yang belum mengetahui.



Jazakumulah….



Dikutip dari : Blog Bundaraihan.multiply.com

Tuesday, September 1, 2009

Menara Masjid di Bandung Tempat Favorit Ngabuburit


Bandung - Menunggu waktu berbuka puasa atau ngabuburit dengan melihat keindahan panorama kota dari menara masjid menjadi tradisi yang berkembang di sejumlah daerah di Bandung. Di Bandung tempat ngabuburit tersebut adalah menara kembar Masjid Raya Bandung. Tidak heran jika menara kembar ini menjadi salah satu tempat favorit ngabuburit di kota Bandung.

Inilah suasana menara kembar Masjid Raya Bandung setiap bulan Ramadhan. Bahkan Masjid Raya Bandung yang terletak di pusat kota Bandung ini kian dipadati warga mulai dari anak-anak hingga orang dewasa menjelang saat berbuka puasa.

Umumnya mereka ingin menikmati panorama kota Bandung dari menara kembar setinggi 86 meter. Untuk bisa mencapai ketinggian menara kembar, pengunjung hanya perlu berinfak sebesar 2 ribu rupiah.

Menara kembar yang mulai dibuka sejak siang hingga menjelang adzan Magrib mampu menampung hingga 80 orang pengunjung. Selain dari kota Bandung, banyak warga dari daerah lain yang sengaja datang mengisi waktu diatas menara kembar.

Pihak pengelola masjid menjadikan menara masjid sebagai tempat wisata religi bagi masyarakat umum sejak masjid selesai direnovasi tahun 2003 lalu. Masjid Raya Bandung pertama kali dibangun tahun 1900 oleh Bupati Bandung saat itu. Selain memiliki menara kembar, berada dibagian utara dan selatan, masjid ini juga dilengkapi dua buah kubah. (Cecep Hendar/Sup)

Thursday, August 20, 2009

Kolektivisme dalam "Munggahan"



Oleh SUKRON ABDILAH

Dalam aktivitas masyarakat Islam Sunda, ketika hari-hari mendekati bulan puasa kerap ditemukan praktik munggahan yang membudaya. Bentuknya beragam. Ada yang berziarah ke makam wali, kuburan orang tua, syekh dan ulama penyebar Islam di suatu daerah.

Bisa juga berbentuk bebersih dengan cara mandi di walungan. Bahkan, ada yang ngabageakeun kedatangan bulan Ramadhan dengan cara makan bersama-sama (botram) di pegunungan, sawah, dan bukit-bukit. Di daerah Cianjur dan Sukabumi, malahan ada tradisi “papajar” untuk menyambut kemuliaan bulan puasa ini.

Kebiasaan tersebut mengindikasikan masyarakat Islam Sunda sangat menghormati bulan puasa yang penuh berkah dan ampunan. Namun, antara warga kampung dan kota (dayeuh) berbeda dalam meluapkan tradisi-budaya munggahan ini. Di kampung halaman saya, misalnya, apresiasi masyarakat terhadap kedatangan bulan puasa masih terasa kental suasananya. Sagalana di aya-aya, untuk disajikan pada hari pertama puasa (munggah). Bahkan ada anggapan yang dipegang kalangan muda, bahwa munggah harus dilakukan di kampung, hingga yang bekerja di kota pun akan merelakan diri mudik ke kampung.
....
Hari kemarin, umpamanya, ibu saya menelpon seraya menanyakan apakah saya akan munggahan di lembur. Singkatnya, merayakan hari pertama bulan puasa di kampung bersama keluarga adalah tradisi yang sarat makna. Lantas, bagaimana dengan munggahan di kota , termasuk di Bandung ? Apakah tidak seramai dan segegap-gempita di kampung? Kalau di pusat perkotaan mungkin antara hari menjelang bulan puasa dengan hari-hari biasa tidak ada bedanya. Selalu ramai dengan orang yang lalu lalang. Paling juga bertebaran spanduk peringatan keras bahwa orang harus menghormati bulan berkah ini.

"Munggahkeun" diri

“Munggahan” secara etimologis berasal dari kata unggah yang memiliki arti mancat atau memasuki tempat yang agak tinggi. Di dalam Kamus Umum Basa Sunda (1992), munggah berarti hari pertama puasa pada tanggal satu bulan Ramadan (unggah kana bulan anu punjul martabatna). Punjul martabatna, kalau ditafsir secara kontekstual bisa berarti bulan yang luhur bermartabat dan harus dipenuhi laku lampah yang bermartabat pula. Para aparat dan pejabat tak seharusnya terus memangkas anggaran untuk memberdayakan rakyat, kaum kaya di Jawa Barat mestinya bisa menggenjot diri untuk terus mengempati penderitaan wong cilik.

Hal ini bisa terwujud andaikan, mereka mampu menangkap keluhungan ibadah puasa. Sebab, jika dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain, bulan puasa memiliki ketinggian nilai yang tiada banding. Kita tahu bahwa puasa salah satu ajang pelatihan bagi manusia untuk menderitakan diri meskipun dihadapan tersedia aneka macam makanan, minuman, uang anggaran pembangunan, dan pemicu yang dapat mengundang munculnya amarah dan tindakan korup. Puasa dalam posisi seperti itu bisa juga difungsikan sebagai media mendidik diri untuk tidak bertindak jahat dan semena-mena terhadap kalangan miskin.

Seandainya kita bisa meninggalkan sikap dan laku seperti itu, pertanda bahwa kita sudah berhasil menaikkan (munggahkeun) diri hingga memiliki sikap dan tindakan yang luhur. Itulah mengapa munggahan saya katakan sebagai proses "munggahkeun" diri ke pribadi yang dihiasi keluhuran. Mengapa? Sebab, untuk menjalani ibadah puasa, tentunya sikap dan tindak keseharian harus sarat dengan keadiluhungan sebagai persiapan mental dan spiritual dalam jihad memerangi hawa nafsu.

Nah, kalau begitu kita akan munggahan di mana? Pulang ke kampung halaman ataukah akan dirayakan di kota ? Yang jelas, di mana pun tempatnya, perlu diingat bahwa munggahan mestinya bisa menciptakan empati dan kolektivisme di tengah-tengah pergaulan sosial. Sebab, munggahan merupakan tradisi lokal yang berdialektika dengan ajaran Islam untuk menyadarkan manusia bahwa perilakunya harus bersih dari anasir-anasir yang bisa mengotori jiwa.

Artinya, puasa harus dijadikan medium untuk mengempati penderitaan orang lain hingga engkau (si miskin) adalah aku (yang merasakan penderitaan fakir miskin). Itulah inti dari munggahan yakni mempersiapkan diri untuk ngunggahkeun pribadi ke posisi yang dihiasi rasa empati dan kolektivisme. Sebab, Tuhan mewajibkan hamba-Nya berpuasa di bulan Ramadan untuk menyadarkan bahwa kita harus terus merasakan dan menanggulangi penderitaan sesama.

Sucikan diri

Betapa tidak, ketika kita berpuasa sebetulnya tubuh dan jiwa kita dilatih agar dapat memberikan manfaat bagi orang lain atau sesama. Lihat saja, ketika bulan puasa tiba setiap mesjid di kota ini akan menyediakan aneka panganan untuk sekadar dijadikan pembuka (ta'jil) ketika waktu berbuka tiba. Dengan tradisi munggahan sebetulnya kaum muslimin Sunda diajarkan untuk mengingat bahwa bulan puasa mesti diawali dengan kesucian diri, pribadi dan hati.

Suci diri dari nafsu keserakahan, bersih pribadi dari perilaku kotor, dan bening hati hingga bebas dari prasangka diskriminatif terhadap orang yang berbeda suku, agama, pemahaman dan keyakinan. Sebab, prosesi munggahan kerap menampakkan hal itu dan bisa dilihat dari penyambutan melalui acara syukuran bersama tanpa sekat-sekat kelas dalam pelbagai bentuk. Utamanya, memberikan kebutuhan pokok pada warga miskin tanpa membeda-bedakan untuk digunakan pada hari pertama menjalankan puasa.

Sebagai suatu adat-kebiasaan, munggahan tidak harus ramai menggegap-gempita saja, melainkan sampai pada mampu ataukah tidak, urang Islam Sunda menangkap pesan inti pembebanan ibadah puasa. Sebab, secara substantif pembebanan puasa sebulan penuh adalah untuk mengajarkan masyarakat di tatar Sunda agar mampu mengempati penderitaan orang-orang lapar dan tertindas (mustadz'afin). Tak salah jika berpandangan, tradisi munggahan merupakan awal dari proses munggahkeun diri untuk memijakkan nilai-nilai ketuhanan di aras kebiasaan yang bernilai sosial dan manusiawi.

Jadi, munggahan kalau direnungkan akan mempererat rasa kolektif antar manusia Sunda hingga dapat mengeluarkan diri dari jurang kemiskinan. Tradisi munggahan juga secara praksis sosial adalah salah satu aktus atau habitus yang bakal menaikkan diri kita ke tangga pribadi yang sarat nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu, bulan puasa tahun ini harus dijadikan bulan untuk meninggalkan perilaku adigung-adiguna, pedit, jail, kaniaya dan linglung yang merupakan representasi anomali kemanusiaan dalam diri kita. Wallahua'lam

SUKRON ABDILAH, Pegiat Studi Agama dan Kearifan Lokal Sunda.

(Artikel ini dimuat dalam Kompas)

Wednesday, August 19, 2009

Tips menjawab 18 pertanyaan tersulit saat Interview


Sudah bukan rahasia lagi kalau interview atau wawancara pekerjaan merupakan hal paling kritikal untuk mendapatkan pekerjaan yang Anda inginkan. Karena itu, tentu Anda tahu bahwa Anda harus mempersiapkan diri Anda seprima mungkin, baik fisik dan mental. Ketok kali ini akan memberi Anda tips untuk menghadapi delapan belas pertanyaan yang paling umum dan tersulit dalam sebuah wawancara pekerjaan.

1. Beritahukan kami tentang diri Anda?

Biasanya ini merupakan pertanyaan pembuka, karena itu jangan menghabiskan terlalu banyak waktu untuk menjawabnya. Berikan jawaban yang menjawab empat subjek: tahun-tahun terakhir, pendidikan, sejarah kerja, dan pengalaman karir terakhir.

2. Apa yang Anda ketahui tentang kami?

Ketika pertanyaan ini dikeluarkan, anda diharapkan mampu mendiskusikan produk atau pelayanan, pendapatan, reputasi, pandangan masyarakat, trget, permasalahan, gaya managemen, orang-orang di dalamnya, sejarah, dan filosofi perusahaan. Berikan jawaban yang memberitahu pewawancara bahwa Anda meluangkan waktu mencari tahu tentang perusahaan tersebut, namun jangan beraksi seperti Anda tahu segalanya tentang perusahaan tersebut, tunjukan keinginan mempelajari lebih banyak tentang perusahaan tersebut, dan jangan memberikan jawaban negatif seperti "Saya tahu perusahaan anda mengalami problema-problema, itu alasan saya disini". Tekankan keunggulan perusahaan dan minat Anda terhadap hal tersebut.

3. Apa yang dapat Anda berikan pada kami (yang orang lain tidak bisa beri)?

Sebutkan prestasi-prestasi dan jenjang karir yang Anda telah capai. Sebutkan kemampuan dan hal-hal yang menarik perhatian Anda, gabungkan dengan sejarah Anda mencapai hal-hal itu. Sebutkan kemampuan Anda menentukan prioritas, mengidentifikasi masalah, dan

4. Apa yang paling menarik menurut Anda dari pekerjaan ini? Dan apa yang paling tidak menarik?

Sebutkan tiga sampai empat faktor menarik dari pekerjaan yang anda hendak ambil dan satu hal kecil sebagai faktor yang kurang menarik.

5. Mengapa kami harus merekrut Anda?

Pertanyaan ini saam seperti pertanyaan nomor empat, sebutkan saja kemampuan-kemampuan Anda yang mampu mendukung perusahaan tersebut.

6. Apa yang Anda cari di dalam sebuah pekerjaan?

Berikan jawaban yang berkisar pada oportunitas di dalam organisasi. Beritahukan pewawancara kalau Anda ingin memberikan kontribusi dan dikenali. Hindari jawaban yang mempersoalkan kestabilan keuangan pribadi.

7. Menurut Anda, apa definisi dari posisi yang Anda inginkan?

Berikan jawaban yang singkat dan berkisar tentang tugas dan kewajiban. Pastikan Anda mengerti posisi tersebut sebelum Anda hendak menjawab.

8. Berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk memberikan kontribusi berarti bagi kami?

Beri jawaban yang realistik. Beritahukan pewawancara bahwa walaupun Anda akan berusaha mengatasi segala harapan dan tantangan dari hari pertama, Anda membutuhkan sekitar enam bulan untuk benar-benar mengerti organisasi perusahaan dan kebutuhannya.

9. Berapa lama Anda akan bersama kami?

Beritahukan pewawancara bahwa Anda tertarik berkarir bersama perusahaan tersebut namun Anda ingin tetap tertantang untuk mencapai target bersama.

10. Dari resume Anda, kami rasa Anda terlalu berpengalaman untuk posisi ini. Bagaimana pendapat Anda?

Ini pertanyaan jebakan. Anda diharapkan untuk tetap rendah hati namun percaya diri dengan kemampuan Anda. Cara terbaik menanganinya adalah menjawab bahwa Anda butuh mengenal perusahaan lebih jauh sebelum dapat dengan efisien bekerja di tingkat yang lebih tinggi.

11. Kenapa Anda meninggalkan pekerjaan Anda yang sebelumnya?

Anda sebaiknya menjawab pertanyaan ini dengan jujur namun singkat dan jelas termasuk jika hal tersebut karena Anda dipecat. Namun yang perlu diperhatikan, Anda sebaiknya jangan menyebutkan konflik pribadi. Perlu Anda perhitungkan bahwa pewawancara mungkin akan bertanya banyak soal masalah ini, jangan sampai Anda terbawa emosi.

12. Apa yang Anda rasakan ketika harus meninggalkan pekerjaan Anda?

Beritahu pewawancara bahwa Anda merasa khawatir namun jangan terkesan panik. Katakan bahwa Anda siap menerima segala resiko demi mendapatkan pekerjaan yang cocok untuk Anda. Jangan menunjukan bahwa Anda lebih mementingkan kestabilan keuangan.

13. Pada pekerjaan Anda sebelumnya, apa yang berkenan dengan Anda? Dan apa yang tidak berkenan?

Berhati-hatilah dalam menjawab pertanyaan ini dan kemukakan hal-hal positif. Deskripsikan lebih banyak hal yang Anda sukai daripada yang Anda tidak sukai. Jangan menyebutkan masalah pribadi. Jika Anda membuat pekerjaan sebelumnya terkesan buruk, pewawancara akan bertanya-tanya mengapa Anda berada disana. Hal ini jelas mengurangi profesionalisme Anda.

14. Apa pendapat Anda tentang bos Anda sebelumnya?

Ini juga pertanyaan yang harus Anda jawab dengan hati-hati. Sebisa mungkin jawablah pertanyaan ini dengan positif karena calon bos Anda akan merasa Anda akan membicarakan hal-hal buruk tentang dia seperti apa yang telah Anda lakukan terhadap bos yang terdahulu.

15. Mengapa Anda tidak mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di usia Anda?

Lagi-lagi ini bisa menjadi pertanyaan jebakan. Beritahukan pewawancara bahwa inilah alasan Anda mencari lowongan pekerjaan di perusahaan tersebut. Jangan bersikap defensif.

16. Berapa gaji yang Anda minta?

Ini pertanyaan yang mengiurkan, namun pastikan Anda menyebutkan angka kisaran yang Anda yakin merupakan gaji yang pantas atau bertanya pada pewawancara berapa kisaran pada pekerjaan sejenis. Jika Anda diberi pertanyaan ini dari awal wawancara, sebaiknya Anda mengelaknya dengan mengatakan Anda ingin tahu seberapa banyak tanggung jawab yang akan Anda pegang di perusahaan tersebut. Tekankan bahwa Anda lebih mementingkan pekerjaannya namun jangan menjual standar Anda.

17. Apa target jangka panjang Anda?

Untuk menjawab pertanyaan ini, Anda lagi-lagi diharuskan meneliti perusahaan tersebut dan mengetahui rencana dan/atau target mereka lalu memberikan jawaban yang singkron dengan milik perusahaan.

18. Seberapa sukses yang Anda rasa telah capai?

Berikan jawaban yang positif dan percaya diri, namun jangan memberikan jawaban yang berlebih. Jangan membuat pewawancara merasa Anda seorang yang suka membesar-besarkan sesuatu.
Sekian dulu bro.

Sumber : www.forum.detikinet.com