Thursday, July 30, 2009

Antisipasi Virus H1N1 dengan Pola Hidup Bersih

SUBANG,(GM)-
Koordinator Program Pengendalian Avian Influenza Berbasis Masyarakat pada Program Desa Siaga Jabar, Dra. Hj. Elly St. Halimah, P.Si., M.Si. mengatakan, sebenarnya virus flu babi tidak terlalu membahayakan dibandingkan flu burung. Tapi cukup menghebohkan karena penularannya relatif cepat.

"Yang dikhawatirkan 'koalisi' kedua virus tersebut. Karena itu perlu perhatian dan penanganan serius dari semua pihak karena penyebarannya sangat sulit terdeteksi," katanya saat memantau pelatihan pengendalian flu burung di Pusdiklat Tanjung Harapan, Desa Tanjungwangi, Subang, Rabu (29/7).

Karena itu, masyarakat harus berperan serta dengan berperilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka mencegah penularan flu burung atau flu babi dan cepat melapor.

"Jangan anggap enteng kalau tiba-tiba pening dan sakit tenggorokan, segera periksakan ke puskesmas atau dokter karena dikhawatirkan adanya koalisi kedua virus yang kini terus berkembang," ujarnya.

Elly mengatakan, hingga 1 Juni 2009 terdapat 40 kasus flu burung dengan 35 kematian dan telah banyak ditemukan unggas yang terinfeksi virus AI. Secara nasional, flu burung telah menyebar di 293 kabupaten/kota di 31 provinsi.

Khusus di Jawa Barat wilayah yang rentan penyakit tersebut, yaitu Sukabumi, Bogor, Cianjur, Karawang, Bekasi, Purwakarta, Subang, Majalengka, Sumedang, Kuningan, Cirebon, dan Indramayu.

"Daerah-daerah inilah yang menjadi perhatian karena banyaknya peternakan unggas di sana, baik yang dikelola perusahaan maupun perorangan, serta merupakan daerah lintasan," kata Elly didampingi dr. Maria Widiastuti.

Bahkan, lanjutnya, di Subang baru-baru ini sempat terjadi kematian yang menimpa belasan ribu ayam di salah satu perusahaan hingga seluruh karyawannya diisolasi karena khawatir tertular H5N1. Sementara untuk kasus flu babi masih cukup aman, walaupun pernah ada bekas peternakan babi.

"Sebenarnya babinya tidak menjadi masalah, lingkungan kotornya yang menjadi penyebab munculnya virus. Seperti dugaan yang terjadi di Purwakarta, karena ada seorang santri yang pulang dari kampung halamannya dan di sana ada saudaranya yang baru pulang dari luar negeri dalam keadaan sakit. Ini pun masih dalam penelitian," ungkapnya. (B.76)**

SAVE G.K. RUMENTANG SIANG


Sabtu 23 Mei 2009. Oz radio Bandung menyelenggarakan event yang bertema “LA Light Ozboxshow Save Our Rumentang Siang”. Sebuah perhelatan kesenian yang bertujuan untuk ‘menyelamatkan’ Gedung Rumentang Siang. Saat ini gedung yang sudah berumur 34 tahun tersebut sudah tidak diberi suplai dana oleh pemerintah.

Event yang digelar di Gedung Kesenian Rumentang Siang ini berlangsung dari pukul 14.00 s/d 23.00. Acara ini dimeriahkan oleh band-band seperti; The Upstairs, White shoes and Couples Company, Endah n Rhesa, Sore, Pure Saturday, The Milo, Vincent vega, Cascade, Angsa dan Serigala, Cuts, Full of hate yang dipadukan dengan grup orkesrta.

Hasil dari acara ini akan diberikan sepenuhnya kepada pengelola Gedung Kesenian Rumentang Siang. ”Kami berinisiatif untuk memberikan sedikit kontribusi dan motivasi untuk memperbaiki kondisi gedung ini, dan dana yang kami dapatkan 100% akan diberikan untuk gedung ini,” Ujar Decil salah satu panitia penyelenggara yang kebetulan juga merupakan salah satu penyiar Oz radio. Decil juga menambahkan bahwa tidak ada kendala sedikitpun untuk menggelar event ini, karena acara ini sangat simple dan hanya membutuhkan 2 s/d 3 bulan untuk mempersiapkannya.

Dari penampilan band-band yang mengisi acara ini, yang terlihat sangat mencolok adalah penampilan Endah n Rhesa karena mungkin band ini yang paling mellow. Hanya dengan 2 personil, mereka mampu membius para penonton. Salah satu lagu yang mereka bawakan berjudul “I Don’t Remember” yang menceritakan tentang seseorang yang sedang mencari jati diri yang lupa akan dirinya dan lupa dimana dia berada sekarang.

Event ini cukup menyita banyak perhatian para penikmat musik, salah satunya Ramzi Mahasiswa Universitas Widyatama. Menurutnya “Acaranya sangat bagus karena banyak band-band indie yang mengisi dan bisa memanfaatkan fasilitas yang ada”. Terkait dengan Gedung Rumentang ini, Ramzi juga berpendapat bahwa gedung ini harus diselamatkan.

Selain itu para personil White shoes and Couples Company yaitu Sari, Nela, Riki, Jon, Ale dan Rio yang kebetulan baru pertama kali tampil di Gedung ini memberikan sedikit pesan dan kesan tentang acara ini, menurut mereka Ternyata anak-anak Bandung sangat apresiatif, mereka juga senang bisa menjadi bagian dari sejarah Gedung ini dan seharusnya acara seperti ini harus sering diadakan

TROUBLESHOOTING BOOTING PC

Masalah PC tidak mau booting kerapkali menghantui para pemakai komputer. Berbagai alasan bisa menjadi faktor penyebab mengapa PC tidak mau booting. Berikut ini akan saya utarakan beberapa masalah dan pesan kesalahan ketika PC melakukan booting beserta jalan keluarnya. Semoga bermanfaat.

1. PC selalu tidak ingin reboot

- Tunggu beberapa saat lalu tekan kembali tombol power.

- Cek kabel power dibelakang PC.

2. PC tidak ingin reboot setelah penambahan kartu/hardware

- Lepas kabel power.

- Buka casing.

- Cek posisi kartu, sudah pas atau belum.

- Tancapkan kembali kabel power lalu coba reboot kembali.

3. Pesan CMOS Checksum Failure / Real Time Clock Failure

- Penyebabnya adalah baterai CMOS anda telah habis.

- Buka casing.

- Ambil baterainya dan tukarkan dengan yang baru.

- Masih belum bisa? Penyebabnya bisa jadi pada kerusakan chip CMOS.

4. Pesan RAM Bad / Memory Parity Error XXX

- Penyebabnya ada pada RAM.

- Buka casing.

- Cek posisi RAM, apakah sudah menancap pada socket dengan sempurna.

- Cek apakah aturan-aturan dalam pemasangan RAM telah terpenuhi, seperti pemasangan harus dimulai dengan socket awal / first bank.

- Coba tes kondisi RAM anda dengan memasangnya satu persatu lalu coba direboot. Singkirkan RAM dengan kondisi bad.

5. Pesan Keyboard Bad

- Penyebabnya adalah pada Keyboard.

- Periksa sambungan kabel keyboard di belakang PC.

- Masih belum bisa? Coba ganti dengan keyboard teman anda.

- Masih belum bisa? Kerusakan ada pada chip keyboard di motherboard.

6. Pesan Data Error Reading Drive X

- Penyebabnya ada pada hardisk.

- Coba reboot beberapa kali.

- Bila bisa booting, selamatkan segera data penting anda dan system file.

- Bila tidak bisa, cek sambungan kabel hardisk ke motherboard dan ke power supply.

7. Pesan Disk Configuration Error / DMA Error On Boot

- Penyebabnya adalah motherboard tidak mendukung hardisk yang baru anda pasang.

- Coba ganti dengan hardisk lainnya.

8. Pesan FDD Cotroller Failure

- Penyebabnya adalah pada floppy disk drive.

- Masuk ke Setup BIOS.

- Disable-kan drive A atau B kemudian save lalu exit.

- Reboot PC.

- Masih belum bisa? Buka casing dan cek kabel pada FDD.

- Coba ganti dengan FDD yang lainnya.

9. Pesan Internal Chace Test Failed

- Buka buku manual motherboard anda.

- Periksa apakah prosesor yang anda gunakan telah compatible dengan motherboard.

- Kemungkinan jawabannya adalah belum dan anda harus mengupgradenya.

10. Pesan Disk Configuration Error / DMA Error On Boot

- Penyebabnya adalah motherboard anda tidak mendukung hardisk baru anda.

- Bila ada dana, ganti dengan motherboard baru.

11. Pesan Unlock System / Unit Keylock

- Penyebabnya karena sistem anda tengah terkunci.

- Cari tempat kunci tersebut pada PC.

- Buka kuncinya.

- Reboot kembali.

12. Tips Agar Booting Tetap Lancar

- Ketika PC tengah booting, klik F8

- Pada pilihan menu pilih “Step by step Confirmation”

- Anda akan dihadapkan pada pertanyaan pertanyaan untuk meload driver dan fungsi-fungsi tertentu.

- Tekan Y untuk meload berikut ini: Dblspace driver, Himem.sys, Ifshlp.sys, Dblbuff.sys, GUI. Tekan N untuk pilihan lainnya.

- Edit config.sys dengan program text editor seperti edit atau notepad.

- Tambahkan REM pada tiap baris yang diawali dengan DEVICE= atau DEVICEHIGH=.

- Edit autoexec.bat.

- Tambahkan REM pada tiap baris yang diawali dengan LH.

Wednesday, July 29, 2009

Aep Suharto, Replika dari Baranangsiang

PEPIH NUGRAHA

Jika ditanya di mana alamat studio atau kantor ”fvoids” milik Aep Suharto, jawabannya di Jalan Baranangsiang No 262/34B, Bandung. Jika ditanya lagi, di mana persisnya, Aep akan menjemput tamunya di depan Gedung Rumentang Siang di sekitar Pasar Kosambi, Bandung.

Pasalnya, agak sulit manakala harus memasuki labirin gang berkelok-kelok untuk sampai rumah merangkap studionya itu.

Perlu dijelaskan profesi yang disandang Aep adalah sebagai pembuat replika atau tiruan. Jadi, adakah profesi Aep itu sebagai peniru? Memang ada benarnya. Dalam pekerjaan seninya, Aep meniru apa saja, termasuk meniru dirinya sendiri berupa boneka manusia atau manekin.

Perjumpaan dengan Aep terjadi di Gedung Sabuga Institut Teknologi Bandung, 3-4 Januari 2009. Aep yang mengibarkan bendera ”fvoids” (berarti ”Aep pengisi ruang kosong”) sebagai identitas usahanya berpameran di tempat ini.

Dia memajang patung manusia berupa manekin yang tengah jongkok. Itulah patung diri Aep dengan ukuran sama persis. Detail sampai-sampai jerawatnya pun ditiru.

”Untuk kepentingan pameran ini, saya meminjam manekin dari sebuah distro sebab manekin ini sudah saya jual,” kata Aep mengenai manekin yang mirip dirinya itu.

Selain manekin, dipamerkan juga replika tahu sumedang lengkap dengan cabai rawit hijaunya. Ada gantungan kunci berupa potongan jari dan telinga yang, maaf, masih terlihat darah, bahkan tulang rawannya. Jadi mirip mutilasi!

Ada pula keramik berpenutup yang ketika dibuka, lagi-lagi maaf, isinya kotoran manusia. Jangan salah, itu cuma replika yang terbuat dari campuran karet dan fiber meski bentuknya amat persis.

Tak puas hanya melihat stan pameran, Kompas menelusur studio merangkap kantor ”fvoids”, yang menurut Aep, satu-satunya studio seni di Bandung yang mengkhususkan diri pada seni replika atau meniru benda apa saja.

Pengalaman jenaka

Aep memulai cerita dengan pengalaman jenaka, tetapi cukup ironis. Kisah bermula tahun 1998 saat Aep hendak berpameran di Yogyakarta dengan membawa manekin berbentuk dirinya. Aep pun pergi dengan membawa replikanya. Jadilah ia seperti tengah menggendong ”kembarannya”. Oleh karena bawaannya banyak, ia mencegat taksi ke stasiun kereta api.

”Tidak ada satu pun taksi berhenti. Kalaupun berhenti, sopir taksi itu hanya memandang saya kemudian ke manekin setelah itu pergi. Mungkin saya dikira orang gila,” kata Aep yang saat wawancara ditemani anggota tim kreatif, seperti Tommy, saudaranya yang diserahi urusan multimedia; Hendri yang menjadi dosen; dan Endang yang diserahi tugas sebagai ”tukang” cetak.

Cerita jenaka Aep dan manekinnya belum selesai. Saat di dalam kereta kelas bisnis menuju Yogyakarta, ia mendudukkan manekin di sampingnya karena kebetulan kursi kosong. Aep lalu berpura-pura tertidur pulas. Datanglah seorang pengamen yang langsung menyanyikan beberapa lagu di depan manekin itu.

”Saya nyaris ngakak ketika melihat pengamen menghentikan nyanyiannya saat tahu kalau ’orang’ yang dihiburnya hanya manekin. Pengamen itu tidak marah, malah tertawa dan pergi,” cerita Aep, bungsu dari 14 bersaudara ini.

Dilahirkan dan dibesarkan di tempat di mana studionya berada, Aep sempat kuliah di Departemen Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (ITB) selepas berganti-ganti kuliah empat kali pada 1987. Ia lulus SMA di Bandung dua tahun sebelumnya.

Kuliah di ITB dia jalani selama tujuh tahun, sampai tahun 1994. Namun, yang didapat Aep bukan ijazah, tetapi surat pengunduran diri.

”Saking asyiknya bekerja seni, saya bahkan tidak tahu kalau besok itu ujian yang menentukan,” kenang Aep, putra dari seorang purnawirawan Angkatan Darat ini.

Ia mengakui, membuat manekin dan replika itu bukan asli idenya. Ide tersebut datang dari rekan sekampusnya, Goygautama, yang saat itu mendapat pesanan membuat replika jempol dari sebuah bank.

”Dari situ saya berpikir, kenapa hanya jempol yang dibuat, mengapa tidak badan secara keseluruhan, lengkap dengan detailnya,” kata Aep yang mampu membuat jari, kaki, atau tangan palsu untuk mereka yang membutuhkan dengan sangat mirip.

Hanya saja, yang membedakan Aep dengan hasil replika lainnya adalah detail dan obyek yang digarapnya sebagai manekin. Dulu, katanya, replika paling terkenal adalah aktor Charles Bronson yang ada di mana-mana, tetapi dibuat dengan kasar dan kaku.

”Mengapa tidak membuat yang detail sesuai aslinya? Mengapa harus Bronson? Mengapa tidak diri saya sendiri yang dijadikan manekin?” kata Aep di studionya, yang berdinding tanpa plester.

Alhasil, ia membuat beberapa manekin sebagai ”penarik perhatian pengunjung” untuk distro-distro di kawasan Cihampelas. Satu manekin dibuatnya selama tiga minggu dengan harga Rp 15 juta.

Uang hasil menjual manekin dan replika makanan, jari-jari, serta kuping manusia disebutnya untuk menghidupi diri dan anak perempuannya, Alvi Nabilazzahra (7).

Sebagai seniman, Aep tidak melupakan idealismenya. Ia menyebutnya sebagai seni murni di ranah replika. Contohnya adalah bagaimana Aep menggambarkan ”sosok” koruptor. Ternyata ia tidak membuat manekin salah satu koruptor Indonesia, tetapi Aep malah membentuk tulisan ”Koruptor” dari replika, maaf.., kotoran manusia di atas sekop plastik warna merah.

Kotoran manusia itu dibuang ke tempat sampah plastik putih yang sudah ditutupi kantong plastik hitam. Di dasar kantong plastik itu ada cerutu yang melambangkan sosok koruptor.

”Tidak harus basa-basi. Bagi saya, koruptor itu sama dengan kotoran manusia Jadi, buang saja ke tempat sampah,” kata Aep.

Tentang bangsa Arab yang terkesan diam saja melihat Jalur Gaza dibombardir tentara Israel sehingga menewaskan ratusan penduduk Palestina, lagi-lagi muncul bentuk replika kotoran manusia.

Kali ini, kotoran manusia ditamparkan ke wajah seorang Arab, yang meskipun sudah ditampar kotoran, tetap saja tertidur pulas.

”Bisa ditebak, pihak mana yang saya gambarkan sebagai kotoran manusia itu,” katanya.

Selain menghasilkan karya seni dan replika manekin, Aep dan tim kreatifnya bertekad membuat semacam museum lilin Madame Tussaud, seperti di London, Inggris. Dia berharap museum yang diimpikannya itu bakal terkenal sebagai ikon baru Kota Bandung.

Bedanya, model-model sebagai isi museumnya nanti tidak harus orang ternama, cukup rakyat biasa, tetapi perjuangannya untuk bertahan dan menghargai kehidupan dapat menjadi contoh generasi berikutnya.

Aep juga berharap bisa mewujudkan keinginan untuk membuat replika dari semua suku bangsa di Indonesia untuk koleksi Taman Mini Indonesia Indah, lengkap dengan peralatan hidup dan makanan khas masing-masing.

”Saya juga akan tetap mengingatkan pejabat dan masyarakat pada kondisi sosial yang tengah terjadi lewat seni replika.”

Sumber: Kompas