Friday, October 16, 2009

Ujian Keimanan

DRS. H. IMRON ROSADI,(GM)-
ADA baiknya merenungkan firman Allah dalam Surat Al-Ankabut ayat 2 dan 3 yang artinya, "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta."

Ayat ini menjelaskan bahwa salah satu konsekuensi pernyataan iman adalah harus siap menghadapi ujian yang diberikan Allah kepada umat, untuk membuktikan sejauh mana kebenaran dan kesungguhan dalam menyatakan iman.

Bila sudah menyatakan iman dan mengharapkan manisnya buah iman yang dimiliki yaitu surga sebagaimana yang dijanjikan Allah: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal." (Q.S. Al-Kahfi 107).

Karena itu, ada baiknya untuk bersiap-siap menghadapi ujian berat yang diberikan Allah dan bersabarlah kalau ujian itu datang. "Apakah kalian mengira akan masuk surga sedangkan belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan. Sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersama-nya: Bilakah datangnya pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (Q.S. Al-Baqarah 214).

Ujian yang diberikan Allah kepada manusia berbeda-beda dan bermacam-macam bentuknya. Setidaknya ada empat macam ujian yang telah dialami para pendahulu.

Pertama, ujian yang berbentuk perintah untuk dilaksanakan, seperti perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya yang sangat ia cintai.

Kedua, ujian yang berbentuk larangan untuk ditinggalkan seperti yang terjadi pada Nabi Yusuf yang diuji dengan seorang perempuan cantik, istri seorang pembesar di Mesir yang mengajaknya berzina.

Ketiga, ujian yang berbentuk musibah seperti terkena penyakit, ditinggalkan orang yang dicintai dan sebagainya. Sebagai contoh, Nabi Ayyub yang diuji Allah dengan penyakit yang sangat buruk.

Keempat, ujian lewat tangan orang-orang kafir dan orang-orang yang tidak menyenangi Islam. Apa yang dialami Nabi Muhammad dan para sahabatnya saat masih berada di Mekah kiranya cukup menjadi pelajaran, betapa keimanan diuji dengan berbagai cobaan berat yang menuntut pengorbanan harta benda bahkan nyawa. (Penulis, Kepala Seksi Urusan Agama Islam Kantor Depag Kab. Bandung)**

0 comments: